tag:blogger.com,1999:blog-78628631198385611512024-03-05T19:15:22.678-08:00Sapi Perahbloggerhttp://www.blogger.com/profile/18194741463752412428noreply@blogger.comBlogger11125tag:blogger.com,1999:blog-7862863119838561151.post-57281052184010066032014-07-09T07:11:00.001-07:002014-07-09T07:11:24.727-07:00Tips Gemuk dalam Usaha Penggemukan Sapi <div class="MsoNoSpacing">
<div style="text-align: justify;">
Beternak Sapi dapat dikatakan sebagai usaha peternakan
klasik yang sudah dilakoni manusia sejak mulai mengenal hidup menetap dan
sisten pertanian. Selain dimanfaatkan sebagai alat transportasi dan pertanian,
daging sapi merupakan barang ekonomis yang bernilai tinggi. Permintaan daging
sapi di dunia cenderung meningkat seiring semakin pesatnya laju globalisasi yang mempengaruhi perekonomian,
termasuk pasaran di Indonesia.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBFzG81LEv27Pz5d3mTGufm92b4GPmWYtliCrdnWi15QlZJ3u2RUXgfRLpbDRl418MUI4ctD6iQDHzKfgINWtYsaIFIMK2gnyPDWpwOnubEyfF-Mnqs5NrEdojxIyJxh0Hse0VgksJICU/s1600/sapi2.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="usaha ternak penggemukan sapi potong" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBFzG81LEv27Pz5d3mTGufm92b4GPmWYtliCrdnWi15QlZJ3u2RUXgfRLpbDRl418MUI4ctD6iQDHzKfgINWtYsaIFIMK2gnyPDWpwOnubEyfF-Mnqs5NrEdojxIyJxh0Hse0VgksJICU/s1600/sapi2.jpg" title="" /></a></div>
<br />
Di dalam negeri, beternak sapi cenderung
dilakukan secara tradisional oleh para petani di pedesaan. Pakan utamanya hanyalah
dedaunan atau rerumputan hijau yang ternyata kurang maksimal menambah berat
badan ternak. Oleh karena itu, diperlukan pakan tambahan agar menjadikan berat
badan ternak cepat gemuk sehingga menghasilkan keuntungan yang lebih. Merujuk
pada hal tersebut, maka usaha penggemukan sapi menjadi alternatif bisnis yang
cukup menjanjikan profit yang "gemuk". Bagaimana caranya memulai
usaha penggemukan ternak sapi potong tersebut?</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
</div>
<div class="MsoNoSpacing">
<div style="text-align: justify;">
<b>Pembelian Ternak Sapi</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Poin utama dari usaha peternakan ini adalah membuat sapi-sapi yang kita
pelihara bertambah gemuk dengan cepat dan maksimal, biasanya berlangsung
selama
4-6 bulan. Pilih dan belilah ternak sapi yang berumur tiga tahun ke
atas.
Upayakan membeli ternak sapi yang agak kurus untuk memperoleh harga beli
yang
lebih murah. Untuk mendapatkan ternak-ternak sapi tersebut, dapat
diperoleh secara langsung di petani ternak atau saudagar-saudagar sapi.
Ada banyak
pilihan jenis sapi yang bisa dipelihara, baik lokal maupun dari luar
negeri,
misalnya sapi bali, sapi madura, sapi aceh, sapi simmental, sapi
limosine, sapi
angus, sapi brahman, sapi charolise, dan sebagainya. Berapa jumlah
ternak sapi
yang harus dibeli? Tergantung kapasitas tempat usaha dan modal anda.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
</div>
<div class="MsoNoSpacing">
<div style="text-align: justify;">
<b>Pemberian Pakan dan Perawatan</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam bisnis peternakan ini, kunci kesuksesannya adalah pemberian pakan yang
tepat. Secara tradisional, ternak sapi yang hanya makan pakan hijau biasanya
mengalami pertambahan berat badan sekitar 0,3-0,5 kg/hari. Jadi harus
diupayakan agar melebihi pertumbuhan rata-rata tersebut. Pemeliharaan secara
intensif dengan pakan hijau dan konsentrat, pertambahan berat badan ternak
dapat mencapai 0,7-1,2 kg/hari. Jerami dan dedak dapat digunakan sebagai salah
satu bentuk pakan untuk usaha penggemukan sapi. Jerami yang kering dapat
disimpan di gudang sebagai bahan pakan ternak ruminansia yang bagus. Anda juga
dapat membuat konsentrat dari batang rumbia. Batang rumbia dihancurkan sehingga
berukuran kurang dari 1 cm, kemudian direndam selama sehari dalam air.
Campurkan bersama dedak (bekatul) lalu diberikan kepada ternak sapi. Dalam
usaha penggemukan ternak sapi, kebersihan kandang wajib dipelihara. Anda
sebaiknya waspada terhadap serangan penyakit sapi, seperti antraks, penyakit
mulut dan kuku, dan kutu-kutu kulit. Lakukan vaksinasi secara berkala.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
</div>
<div class="MsoNoSpacing">
<div style="text-align: justify;">
<b>Penjualan (Panen)</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Umur sapi yang siap dipotong adalah sapi yang telah berumur empat tahun.
Para
pelaku usaha penggemukan ternak sapi biasanya hanya melakukan
pemeliharaan
selama 4 hingga 7 bulan. Saat membeli bibit sapi, rata-rata seharga
delapan
jutaan rupiah. Setelah masa penggemukan selama 6 bulan, mereka mampu
menjual
kembali dengan harga 14 jutaan rupiah, sehingga mendapat laba kotor
sebesar 6
jutaan rupiah per ekor setiap enam bulan. Jika mampu memelihara 10
ternak, maka
omzet laba brutonya setiap enam bulan adalah sebesar 60 juta rupiah atau
10
juta rupiah per bulannya. Kurangilah dengan biaya pakan dan upah tenaga
kerja
untuk mendapatkan keuntungan bersihnya. Beberapa pelaku usaha
penggemukan sapi mampu mendapatkan laba bersih sekitar 5 jutaan rupiah
setiap bulannya, dan meningkat ketika menjelang hari raya besar, seperti
lebaran dan Idul Adha. Demikian
sekilas informasi tentang usaha penggemukan ternak sapi potong, semoga
mampu
membangkitkan semangat kewirausahaan anda, salam kerja & usaha!!!</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
sumber : kerjausaha.com/ </div>
</div>
bloggerhttp://www.blogger.com/profile/18194741463752412428noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7862863119838561151.post-8075721295718427352013-04-21T07:26:00.000-07:002013-04-21T07:26:20.970-07:00Harga anak sapi<div style="text-align: justify;">
Turunnya harga anak sapi maupun harga sapi dewasa belakangan ini
banyak membuat para pedagang sapi resah. Penurunan harga ini juga
dirasakan para peternak. Para peternak sapi di jawa tengah mengeluhkan
rendahnya harga jual sapi. Para peternak mensinyalir rendahnya harga
anak sapi itu disebabkan beredarnya sapi impor di pasaran. Udin
peternak yang memiliki lima ekor sapi dewasa dan dua ekor anak sapi ini
mengungkapkan harus melakukan pengiritan pakan untuk menyiasati kondisi
tersebut, karena udin berencana memelihara lebih lama sebelum harga
kembali naik, baru akan ia jual. Saat ini <span style="text-decoration: underline;">harga anak sapi</span>
hanya mencapai Rp 2-3 juta per ekor untuk anak sapi usia 3-4 bulan
turun dari harga sebelumnya yang bisa mencapai Rp 5 juta. Sementara,
untuk sapi dewasa betina saat ini hanya dihargai Rp 4-5 juta dari harga
semula Rp7-8 juta.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rendahnya harga sapi ini juga dikeluhkan oleh para peternak di Desa
kedungwungu, Kecamatan Todanan. Kepala Desa Kedungwungu, Bapak Soni
mengatakan, hampir setiap warga di Desa Kedungwungu yang memelihara sapi
mengeluhkan rendahnya harga sapi. Padahal hampir setiap warga di
wilayahnya memelihara sapi untuk menambah penghasilan keluarga. Mereka
banyak yang mengeluhkan rendahnya harga sapi ini, karena keuntungan yang
diperoleh jadi tidak sebanding dengan biaya pemeliharaannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Harga anak sapi turun 30 persen<br />
Harga anak sapi yang rendah ini tidak hanya dikeluhkan oleh para
peternak. Para pedagang sapi pun mengeluhkan kondisi ini karena
menyebabkan sulitnya menjual sapi. Anwar, salah satu pedagang sapi di
Desa Kedungwaru , Kecamatan Kunduran, mengungkapkan rendahnya harga sapi
itu sudah terjadi sejak sekitar Pertengahan bulan Februari ini. Ungkap
Anwar “di daerah sini pada awal bulan Februari harga sapi masih wajar,
tetapi sekatang tiba-tiba mengalami penurunan”. Harga sapi sekarang ini
turun hampir 30 persen dari harga waktu masih normal. Seperti sapi
betina dewasa biasanya bisa dijual Rp 8 – 10 juta, sekarang hanya bisa
sekitar Rp 5 – 6 juta saja. Untuk anak sapi, dulu bisa Rp 4 – 5 juta
sekarang hanya Rp 2,5 – 3 juta,” ujarnya. Rendahnya <em>harga anak sapi</em>
tersebut disebabkan masuknya sapi-sapi impor ke Indonesia. Para
pedagang berharap harga anak sapi, maupun harga sapi dewa segera kembali
naik, agar mereka tidak merugi. Para pedagang yang sudah terlanjur
membeli beberapa anak sapi terpaksa memeliharanya dahulu sambil menunggu
harga kembali normal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
sumber buka-usaha.com </div>
bloggerhttp://www.blogger.com/profile/18194741463752412428noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7862863119838561151.post-67109215418363033912013-04-21T07:25:00.000-07:002013-04-21T07:25:04.589-07:00Tips sukses penggemukan sapi potong<div style="text-align: justify;">
Secara umum, kebutuhan sapi di Indonesia terus meningkat dari tahun
ke tahun sehingga tidak mampu dipenuhi oleh peternak lokal. Untuk
menutupi kekurangan tersebut, akhirnya harus mengimpor dari luar negeri,
terutama dari Australia. Kondisi ini tentu saja menjadi peluang emas
yang tidak boleh disia-siakan oleh peternak lokal untuk membangun
peternakan sapi. untuk memulai usaha ini tentunya harus mengetahui
bagaimana<em> tips sukses penggemukan sapi potong</em>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Usaha penggemukan sapi potong adalah usaha yang bagus dimana permintaan
akan daging makin hari makin meningkat. Penggemukan sapi potong dapat
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu sistem kereman, dry lot fattening,
dan pasture fattening. Pakan yang digunakan dalam penggemukan berupa
hijauan dan konsentrat. Hijauan diberikan 10% dari bobot badan,
konsentrat 1% dari bobot badan, dan air minum 20−30 l/ekor/hari.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Peluang</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
1. Permintaan daging sapi setiap tahun semakin meningkat<br />
Konsumsi daging sapi di Indonesia terus mengalami peningkatan, yaitu
pada tahun 2006 tingkat konsumsi daging sapi diperkirakan 399.660 ton,
atau setara dengan 1,70−2 juta ekor sapi potong (Koran Tempo 2008),
sementara produksi hanya 288.430 ton. Pemerintah memproyeksikan tingkat
konsumsi daging pada tahun 2010 sebesar 2,72 kg/kapita/tahun sehingga
kebutuhan daging dalam negeri mencapai 654.400 ton dan rata-rata tingkat
pertumbuhan konsumsi 1,49%/tahun (Badan Pusat Statistik 2005) dikutip
dari Suryana (2008). Populasi sapi potong pada tahun 2007 tercatat
11,366 juta ekor (Direktorat Jenderal Peternakan 2007), populasi
tersebut belum mampu mengimbangi laju permintaan daging sapi yang terus
meningkat. Hasil dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa produksi
daging sapi dalam negeri belum dapat memenuhi permintaan, sehingga
usaha penggemukan sapi potong masih memiliki peluang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2. Perputaraan modal relatif singkat<br />
Usaha penggemukan sapi potong sangat mudah dilakukan karena sapi
dipelihara sekitar 3 – 6 bulan, umur bakalan sapi yang dibeli sudah
dewasa kelamin yaitu berkisar 1,5 tahun – 2,5 tahun terutama sapi
jantan. Sapi jantan mempunyai pertambahan bobot badan lebh tinggi
dibanding sapi-sapi betina (Siregar, 2007). Menurut Sugeng (1996)
mengatakan bahwa pada penggemukan sapi sistem kereman menggunakan
bakalan sapi jantan umur 1 – 2 tahun dengan lama penggemukan 3 – 4
bulan. Lama penggemukan, jenis kelamin dan umur sapi yang dibeli
berhubungan dengan perputaran modal, jadi semakin lama penggemukan maka
semakin lama pula modal berputar.</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Besarnya Keuntungan Usaha Penggemukan Sapi Potong<br />
Besarnya keuntungan berhubungan dengan jumlah sapi yang dipelihara (Agromedia, 2011). contoh usaha
penggemukan 10 ekor sapi potong selama 4-6 bulan dapat memberikan
pendapatan bersih 10 – 15 juta rupiah. Belum lagi, keuntungan dari
penjualan kotorannya sebagai pupuk kompos.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Kendala dan Solusi</strong><br />
<strong> </strong><br />
<strong>Kendala</strong> :</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Sulit memperoleh bakalan sapi berkualitas</li>
<li>Harga daging sapi potong di pasaran normal tidak sebanding dengan biaya pakan yang dikeluarkan</li>
<li>Kenaikan bobot badan sapi tidak optimal.</li>
<li>Sulit pemasaran sapi potong</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Solusi :</strong></div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Membeli bakalan sapi sendiri</li>
<li>Beli bakalan sapi yang memiliki recording atau peternak berpengalaman dan terpercaya.</li>
<li>Kita pilih jenis sapi yang sesuai dengan kondisi lingkungan tempat usaha kita (adaptasi yang bagus).</li>
<li>Memanfaatkan limbah pertanian dan perkebunan.</li>
<li>Lakukan survei ke pasar terrddekat untuk mengetahui cara menjual sapi di pasar tersebut</li>
<li>Cari informasi dari interrnet, teman dan pedagang sapi yang ada di pasar</li>
<li>Jika usaha sudah berjalan, para pembeli datang sendiri ke peternakan.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>C. Hal yang harus dipersiapkan untuk tips sukses penggemukan sapi potong</strong> :</div>
<div style="text-align: justify;">
I. Kesiapan mental</div>
<div style="text-align: justify;">
Usaha penggemukan sapi potong merupakan usaha pemelihaan hewan yang
harus betul diperhatikan dari pakan, kandang dan kesehatan. Ternak ini
juga bisa mati, karena strees ataupun terkena penyakit, sehingga
diperlukan kesiapan mental tentang resiko usaha ini dan tidak hanya
memikirkan keuntungan.</div>
<div style="text-align: justify;">
II. Modal<br />
Modal adalah sejumlah uang atau barang yang dikeluarkan untuk
kegiatan-kegiatan pemeliharaan ternak diharapkan dapat menghasilkan
ternak sesuai dengan keinginan sehingga dapat memberikan keuntungan.
modal yang harus dalam usaha ini tidak hanya uang dan barang saja tetapi
juga pengetahuan tentang pemeliharaan ternak dan pemasaran.</div>
<div style="text-align: justify;">
III. Manajemen<br />
Manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian, petnggerakan, pelaksanaan serta pengawasan dengan
memanfaatkan ilmu dan seni agar dapat mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Manajemen dalam usaha penggemukan sapi potong
terbagi menjadi 2 yaitu: manajemen pemeliharaan dan keuangan. Manajemen
pemeliharaan meliputi : pemilihan bibit sapi, pakan dan minum, kandang,
kesehatan, pemsaran, sedangkan untuk manajemen keuangan berupa : kas,
laporan penjualan, rugi laba dan aktiva pasiva. Hal ini dilakukan 1)
untuk memudahkan kita melihat perkembangan usaha ini, 2) memudahkan kita
dalam mengajukan tambahan pinjaman modal. 3) keuntungan yang kita
terima min 50% untuk menambah modal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>A. Manajemen Pemeliharaan</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
a. Pemilihan bibit sapi</div>
<div style="text-align: justify;">
Pemilihan bibit sapi, yaitu harus memperhatikan:</div>
<div style="text-align: justify;">
1. jenis bangsa sapi<br />
Beberapa jenis sapi yang bagus untuk tuujuan usaha sapi potong, yaitu:
sapi PO, sapi Bali, sapi Madura, sapi PFH, sapi Limousin dan sapi
Simental. jika kita memilih jenis dan bangsa sapi harus juga melihat
modal dan ketersediaan pakan. jika ketersedian pakan di lingkungan
sekitar dekat dengan home industri (tahu dan tempe), penggilingan padi,
tanaman palawija dan pasar maka sapi yang digunakan adalah sapi jenis
limousin dan simmental, sapi PO sangat bagus dilingkungan yang
ketersedian pakan yang rendah (hanya bisa memanfaatkan limbah
pertanian).</div>
<div style="text-align: justify;">
2.Recording<br />
Recording yaitu data atau catatan perkawinan yang dilakukan sapi yang
bertujuan untuk menghindari perkawinan sedarah ( In Breeding ) sehingga
kualitas keturunan sapi tersebut menjadi turun, dan banyak terjadi kasus
kematian sapi, kelahiran sapi dalam kondisi cacat.</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Jenis kelamin sapi<br />
Sapi jantan mempunyai pertambahan bobot badan lebih tinggi dibanding
sapi-sapi betina (Siregar, 2007), karena pakan yang diberikan sapi
jantan dewasa untuk pembentukan komposisi daging, lemak dan otot. Sapi
jantan bagus untuk usaha penggemukan, sedangkan sapi betina khusus untuk
indukan dan perah.</div>
<div style="text-align: justify;">
4. umur sapi berhubungan dengan lama pemeliharaan</div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Ahmad et al. (2004); Ferdiman (2007) yang dikutip dari
Suryana (2008) meengatakan bahwa sistem ini, sapi muda (umur
1,50−2tahun) dipelihara secara terus-menerus di dalam kandang dalam
waktu tertentu untuk meningkatkan volume dan mutu daging dalam waktu
relatif singkat. Berdasarkan umur sapi yang akan digemukkan, lama
penggemukan dibedakan menjadi tiga (Sugeng 2006) yang dikutip dari
Suryana (2008), yaitu: 1) untuk sapi bakalan dengan umur kurang dari 1
tahun, lama penggemukan berkisar antara 8−9 bulan, 2) untuk sapi bakalan
umur 1−2 tahun, lama penggemukan 6−7 bulan, dan 3) untuk sapi bakalan
umur 2−2,50 tahun, lama penggemukan 4−6 bulan.</div>
<div style="text-align: justify;">
5. performans sapi (tidak cacat)<br />
Performans adalah bentuk tubuh sapi baik dari kepala, badan, kaki dan ekor. <em>Ciri sapi yang sehat yaitu:</em></div>
<ul style="text-align: justify;">
<li> Aktif, sigap, sadar dan tanggap terhadap perubahan situasi disekitarnya.</li>
</ul>
<ul style="text-align: justify;">
<li> Kondisi tubuhnya seimbang, tidak sempoyongan/pincang, langkah kaki
mantap dan teratur, dapat bertumpu dengan empat kaki dan posisi punggung
rata.</li>
<li>Mata bersinar, sudut mata bersih, tidak kotor dan tidak ada
perubahan pada selaput lendir/kornea mata.Kulit/bulu halus mengkilat,
tidak kusam dan pertumbuhannya rata.</li>
<li>Frekuensi nafas teratur (20-30 kali/menit), halus dan tidak tersengal-sengal.</li>
<li>Denyut nadi (50-60 kali/menit), irama teratur dan nada tetap</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
b. ketersediaan pakan dan air</div>
<div style="text-align: justify;">
Keterseedian pakan dalam usaha penggemukan sapi perlu diperhatikan di
lingkungan tempat yang akan menjadi usaha penggemukan, hal ini perlu
dilakukan supaya pada musim kemarau sapi tidak kekurangan pakan maka
perlu memperhatikan, yaitu:</div>
<div style="text-align: justify;">
dekat dengan persawahan / ladang / perkebunan<br />
dekat dengan home industri (pembuatan tahu atau tempe)<br />
memiliki lahan untuk ditanami rumput<br />
dekat dengan pasar</div>
<div style="text-align: justify;">
Pemberian air minum diberikan secara ad libitum</div>
<div style="text-align: justify;">
c. Kandang<br />
Kandang yaitu tempat tinggal ternak untuk berlindung dan berkembang
biak. Kandang yang baik adalah tempat tinggal yang nyaman, aman
(Bahan-bahan tidak melukai ternak) bersih dan sehat (sanitasi yang
baik). Beberapa <span style="text-decoration: underline;">tips sukses penggemukan sapi potong</span> adalah berawal dari kandang yang baik.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bentuk: individual permanen atau semi permanen.<br />
Bangunan: terbuat dari bambu/kayu/bata plus semen dilengkapi ventilasi.<br />
Perlengkapan: tempat pakan dan minum<br />
Saluran sanitasi untuk tempat penampungan kotoran.<br />
Lantai: kayu, tanah dipadatkan atau bata dan semen.<br />
Alas: rumput-rumputan, atau karpet .<br />
Atap: genteng atau alang-alang.<br />
Ukuran (per 1 ekor): 2 x 1,5 x 2 m.</div>
<div style="text-align: justify;">
d. Kesehatan<br />
Ternak sapi juga dapat sakit, penyakit yang sering diderita sapi yaitu
(cacingan, masuk angin dan penyakit kulit) maka dari itu ternak harus
dijaga kesehatan dengan 1) seminggu sekali diberi vitamin dan mineral,
2) obat cacing diberikan seminggu sekali, 3) kebersihan kandang dan
sanitasi, 4) penyakit kulit: a) ternak 3 hari sekali dimandikan, b)
dibersihkan lukanya, c) diberi salem penyakit kulit untuk ternak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>B. Manajemen Keuangan</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Manajemen keuangan ini merupakan catatan data laporan keuangan berupa
: aliran kas, laporan penjualan, rugi laba dan aktiva pasiva. Hal ini
dilakukan 1) untuk memudahkan kita melihat perkembangan usaha ini, 2)
memudahkan kita dalam mengajukan tambahan pinjaman modal. 3) keuntungan
yang kita terima min 50% untuk menambah modal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>C Pemasaran</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Pemasaran usaha penggemukan sapi potong dapat dijual ternak hidup
atau sudah diolah (bakso, dendeng sapi, abon sapi, sosis) dan kotoran
sapi.<br />
Ternak hidup dijual, yaitu dengan cara, lakukan survei ke pasar terdekat
untuk mengetahui cara menjual sapi di pasar tersebutCari informasi dari
internet, teman dan pedagang sapi yang ada di pasar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
sumber buka-usaha.com </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
bloggerhttp://www.blogger.com/profile/18194741463752412428noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7862863119838561151.post-2711039646330541802013-03-17T06:00:00.000-07:002013-03-17T06:00:19.891-07:00Tips pakan sapi dengan ampas tahu<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif;">
Ampas tahu adalah hasil ikutan proses pembuatan tahu, dengan kandungan
protein kasar yang cukup tinggi yaitu sekitar 21%. Jika digunakan
sebagai pakan tambahan, ampas tahu dapat melengkapi protein dari pakan
hijauan.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif;">Ada
banyak penelitian mengenai penggunaan ampas tahun sebagai pakan ternak
sapi. Salah satunya adalah BPTP Sumbar, yang menguji efek pemberian
ampas tahu terhadap ternak sapi. Percobaan ini menggunakan sapi jenis
Simental yang berumur 2,5 tahun sampai 3,5 tahun dengan berat badan
berkisar 350-600 kg. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif;">
Komposisi pakan yang yang diberikan untuk 1 ekor ternak sapi/hari
adalah 2 kg ampas tahu dicampur dengan 2,5 kg konsentrat (yang terdiri
dari dedak halus 50 kg, jagung halus 22 kg, tepung ikan 5 kg, mineral 2
kg dan garam 1 kg). Setelah jadi, komposisi pakan ini dibagi menjadi
dua. Masing-masing bagian diberikan kepada ternak sapi pada pagi dan
sore hari, dipadu dengan pakan hijauan (jumlahnya sekitar 10% dari berat
badan) yang diberikan 2 jam sesudahnya. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif;">Dengan
metode seperti ini, pertambahan berat badannya sekitar 0,8
kg/ekor/hari, lebih tinggi daripada pertambahan berat ternak sapi yang
diberi pakan konsentrat dan hijauan saja. Untuk lebih jelasnya, silahkan
download informasi mengenai "Penggunaan Ampas Tahu dan Pengaruhnya Pada Ternak Ruminansia"</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif;"><br /></span></span></div>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif;"></span></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: arial,helvetica,sans-serif;">Sumber : sumbar.litbang.deptan.go.id</span></span></div>
bloggerhttp://www.blogger.com/profile/18194741463752412428noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7862863119838561151.post-71054702214116776322012-01-28T05:12:00.001-08:002012-01-28T05:12:58.283-08:00Penerapan Bioteknologi Reproduksi pada Sapi Perah<div style="color: blue; text-align: justify;">Ditulis Oleh drh. M. Arifin Basyir<br />
Melanjutkan tulisan tentang Bioteknologi Reproduksi, bahwa masih terdapat fenomena mengapa sapi perah produksi tinggi sulit berkembang biak. Beda dengan fenomena 1, 2 dan 3 yang berhubungan dengan sistem hormonal atau endokrinologi reproduksi. Pada fenomena 4 ini berhubungan dengan perubahan beban fisiologis sapi perah sehubungan dengan produksi susu yang tinggi itu. Adapan lebih jelasnya adalah sebagai berikut.<br />
<span id="fullpost"><br />
<br />
(4). Dalam menjalankan atau menjalani satu siklus reproduksi (satu calving interval) sapi perah. Setelah melahirkan sapi memasuki periode laktasi dan 'days open'. Hari kosong yang lamanya 2 minggu ini uterus mengalami involusi, kembali ke normal mempersiapkan bunting berikutnya. Terdapat 2 beban fisiologis pada periode ini adalah beban fisiologis untuk hidup pokok dan laktasi. Setelah dua bulan sapi harus bunting lagi dan memasuki awal puncak laktasi, sehingga menanggung 3 beban fisiologis, yaitu hidup pokok, puncak laktasi dan bunting.<br />
<br />
Memasuki bulan ke 7 kebuntingan sapi dikeringkan (kering kandang selama kira-kira 2 bulan), sehingga beban fisiologis menjadi 2 lagi yaitu hidup pokok dan bunting tua. Artinya selama satu kali siklus reproduksi yang lamanya kira-kira satu tahun, sebagian besar waktu hidup sapi yaitu sekitar 8 bulan harus menanggung 3 beban fisiologis sekaligus yang nota bene sangat berat menuju puncak laktasi dan bunting tua, apalagi sapi perah produksi tinggi.<br />
<br />
Konsekuensi dari fenomena ini adalah harus tersedia pakan yang lebih dari cukup (meningkat lebih banyak dari biasanya) dan berimbang secara kwalitatif maupun kwantitatif. Meskipun manajemem mampu memenuhi kebutuhan pakan sesuai dengan perhitungan yang mungkin meningkat 2-3 kali dari biasanya. Perlu diingat bahwa kemampuan sapi menghabiskan pakan tidak sebanding dengan jumlah pakan yang harus dihabiskan pada periode itu. Selain tidak cukup waktu meskipun diberikan secara ad libitum, harus diingat bahwa sapi membutuhkan waktu untuk mengunyah ulang/memamah biak.<br />
<br />
Di lain pihak kapasitas perut sapi juga terbatas, apalagi sudah terdapat sisa-sisa serat kasar pakan yang tidak tercerna dan menumpuk memenuhi sebagian rongga rumen sehingga kapasitas makin berkurang. Sebagai akibat adalah sapi mengalami malnutrisi dengan segala akibatnya penyakit defesiensi dan penyakit metabolik. Antara lain ketosis, hipokalsemia atau milk fever dan sejenisnya. Akibat lebih lanjut adalah paresis, paralisis sapi ambruk dengan segala komplikasi yang menyertai, diantaranya anoreksia, kembung, pneumonia<br />
.<br />
<br />
Kelihatannya 'aneh' sapi menderita nafsu makan menurun, akibat 'kekurangan' pakan. Tapi begitulah kenyataannya.Sangat sulit mengatasi kondisi semacam ini karena terdapat faktor kausatif yang komplek berakibat komplikasi. Ujung-ujungnya dari kasus ini adalah sapi harus dipotong paksa atau bahkan kedahuluan mati sia-sia.<br />
<br />
Dapat disimpulkan bahwa sapi perah produksi tinggi, bukan hanya sulit berkembang biak tapi bahkan sulit untuk mempertahankan hak hidupnya. Karena itu jangan biarkan kasus itu terjadi, lebih baik mencegah daripada mengobati. Caranya adalah kurangi beban fisiologisnya dengan tidak memberi kesempatan bunting, tetapi tetap mempunyai anak keturunan, berikan status sebagai induk donor (induk genetis, induk biologis) melalui pemberdayaan penerapan bioteknologi reproduksi sebagaimana diuraikan pada tulisan terdahulu. (bersambung...)</span><br />
<br />
Bioteknologi Reproduksi <span id="fullpost"><br />
</span><br />
<span class="small">Ditulis Oleh drh. M. Arifin Basyir</span><br />
Rabu, 04 Maret 2009<br />
</div><table class="contentpaneopen" height="810" style="color: blue; margin-left: 0px; margin-right: 0px; text-align: left; width: 659px;"><tbody>
<tr><td align="left" colspan="2" valign="top" width="70%"><span class="small"> </span> </td> </tr>
<tr> <td colspan="2" valign="top"> Terdapat fenomena alam yang juga menjadi tulisan oleh rekan sejawat sbb <br />
1. Pada induk yang sedang laktasi khususnya sapi perah berproduksi tinggi, kadar hormon LTH atau prolaktin yang tinggi dalam darah mendorong terbentuknya corpus luteum (CL) persisten sebagai lanjutan dari CL gravidatum. Keadaan ini menyebabkan hormon progesteron meningkat sehingga tidak tumbuh folikel baru dan tidak diekskresikannya <a class="kLink" href="http://www.vet-indo.com/#" id="KonaLink0" style="position: static; text-decoration: underline ! important;" target="undefined"><span style="font-family: tahoma,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 11px; font-weight: 400; position: static;"><span class="kLink" style="background-color: transparent; border-bottom: 1px solid blue; font-family: tahoma,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 11px; font-weight: 400; position: relative;">estrogen</span></span><span class="preLoadWrap" id="preLoadWrap0" style="position: relative;"></span></a> sehingga terjadi anestrus, dst (Mulianti. My life, myfeeling, my way. Blog Archieve for Juli 2007) <br />
2. Puncak laktasi sangat berhubungan dengan produksi susu dan jumlah produksi susu memiliki hubungan positif dengan peningkatan hormon prolaktin. Kondisi prolaktin yang tinggi menyebabkan suasana progesteron meningkat sehingga estrogen menjadi rendah yang pada akhirnya berpengaruh terhadap aktualisasi estrus, dst (Bambang Hadisutanto. <a href="http://politani.blogspot.com/2008/02/abstrak.html" target="_blank" title="Study on Several Reproductive Performance of various Parities in Days Open Formulation of Fries Holland Dairy Cows">Study on Several Reproductive Performance of various Parities in Days Open Formulation of Fries Holland Dairy Cows</a>. Case in Rural Dairy Farm, Lembang, west Bandung) <br />
Kesimpulan : Dari dua pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa sapi perah produksi tinggi, sangat sulit untuk berkembang biak. dengan perkataan lain selama berproduksi mengalami infertilitas atau sub fertilitas. Sehingga tidak mungkin tercapai calving interval yang normal (kira-kira satu tahun). <br />
3. Sapi perah produksi tinggi sulit berkembang biak juga dapat difahami selain karena proses pembentukan susu atau laktogenesis/milk production tsb diatas juga karena proses pengeluaran susu atau laktoscresis/milk letdown. Pada milk let down berhubungan dengan oksitosin. Logikanya semakin banyak produk susu yang harus dikeluarkan semakin tinggi oksitosin yang dibutuhkan. Di lain fihak oksitosin mempunyai target organ dalam kontraksi <a class="kLink" href="http://www.vet-indo.com/#" id="KonaLink1" style="position: static; text-decoration: underline ! important;" target="undefined"><span style="font-family: tahoma,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 11px; font-weight: 400; position: static;"><span class="kLink" style="font-family: tahoma,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 11px; font-weight: 400; position: relative;">uterus</span></span></a>. Kontraksi uterus yang intensif karena oksitosin yang tinggi inilah yang menggagalkan implantasi embrio, sehingga sulit bunting atau sulit berkembang biak. <br />
Pada fenomena ke-3 bioteknologi reproduksi mampu mengatasi, sepanjang tidak keburu timbul fenomena 1 dan 2. Dalam arti sapi masih fertil menunjukkan gejala birahi yang baik dan di IB sesuai prosedur sebagaimana mestinya. Adapun caranya adalah sbb. Pada hari ketujuh (hari ke 0 birahi di IB) embrio yang telah jadi (morula, blastosis) dikeluarkan dengan metode flushing. Embrio yang diperoleh selanjutnya ditransfer ke sapi lain (sapi resipien) yang produksi rendah atau sapi potong lokal sekalipun. Sapi produksi tinggi (sapi donor) tidak bunting, tetapi mempunyai anak keturunan yang nota bene juga super genetik dikandung dan dilahirkan oleh sapi resipien. Sehingga sapi donor tidak bunting, tetapi berkembang biak. Lebih dari itu jumlah anak keturunannya menjadi lebih banyak dalam waktu singkat.<br />
Kalau dalam satu siklus birahi (kira-kira 21 hari) diperoleh satu embrio menjadi seekor anak/pedet, maka dalam satu tahun 365 hari dibagi 21 hari dikali satu embrio akan diperoleh kira-kira 18 embrio atau identik 18 ekor pedet. Pada fenomena 1 dan 2 dapat diatasi dengan bioteknologi reproduksi generasi lebih tinggi yaitu kloning. Sementara ini biotekrep kloning belum terkuasai oleh SDM kita. Bahkan lebih dari itu produksi embrio kembar identik melalui spliting juga belum <a class="kLink" href="http://www.vet-indo.com/#" id="KonaLink2" style="position: static; text-decoration: underline ! important;" target="undefined"><span style="font-family: tahoma,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 11px; font-weight: 400; position: static;"><span class="kLink" style="font-family: tahoma,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 11px; font-weight: 400; position: relative;">ada</span></span></a> tanda-tanda berkembang minimal di institusi terapan/aplikasi ditempat saya bekerja. Saya belum tahu bagaimana kondisi di institusi peneliti dan akademisi dalam mengadopsi inovasi bioteknologi reproduksi ini. Dalam kesempatan ini saya ingin mengajak rekanrekan sejawat, sudilah kiranya memikirkan hal ini.</td></tr>
</tbody></table>bloggerhttp://www.blogger.com/profile/18194741463752412428noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7862863119838561151.post-12387804383414267432012-01-28T05:11:00.003-08:002012-01-28T05:11:59.747-08:00Prospek Pengembangan Sapi Perah di Jawa Tengah<div style="color: blue;">Kondisi peternakan sapi perah di Jawa Tengah<br />
<br />
1. Populasi sapi perah pada tahun 2006 adalah 112.153 ekor, dengan produksi susu 78.231 ton serta jumlah peternak 28.400 orang (Laporan Tahunan Dinas Peternakan Prov. Jawa Tengah 2006).<br />
<br />
2. Kualitas susu masih rendah dengan kadar lemak 2,91 %, SNF 7,69, TS 10,6, TPC < 5 juta. Rendahnya kualitas susu disebabkan karena rendahnya pemberian pakan konsentrat (kualitas dan kuantitas), hijauan, tata laksana / managemen pemeliharaan. 3. Harga susu di tingkat peternak Jawa Tengah pada saat ini telah mengalami peningkatkan dari harga Rp.1.450,-/lt <span id="fullpost"><br />
menjadi Rp.1.600/lt – Rp.1.900,-/lt, bahkan di koperasi “Andini luhur” sudah mencapai harga Rp. 2.700 /lt, rata-rata Rp. 2.300,-/lt. Perbedaan harga ini tergantung dari kualitas susu yang dilihat dari kandungan TS (Total Solid) dan TPC ( Total Plate Count) / kandungan bakteri di dalam susu segar. Pada saat ini TS tertinggi yang telah dicapai peternak kabupaten Semarang adalah 13,28 dan TPC antara 1,02 jt /ml sampai 5 juta /ml susu. Bahkan ada susu dengan TPC hanya 390 rb/ml susu.<br />
Harga susu segar di Provinsi Jawa Tengah memang lebih rendah jika dibandingkan dengan harga susu segar di Provinsi Jawa Timur dan Jawa Barat, (Jawa Timur dan Jawa Barat harga susu segar rata-rata Rp.2.500,- Rp.3.500,-). Salah satu penyebab rendahnya harga susu di Jawa Tengah adalah kualitas susu yang masih rendah dan belum adanya IPS sendiri, sehingga untuk menuju ke IPS yang terletak di Jawa Barat/ Jawa Timur membutuhkan ongkos transportasi yang cukup mahal.</span><br />
<small><br />
</small> <br />
</div><div style="color: blue; text-align: justify;"><img alt="" class="alignright" height="296" src="http://pranowoblog.co.cc/sapi-perah1.jpg" width="396" /></div><div style="color: blue; text-align: left;"> </div><strong style="color: blue;"></strong><br style="color: blue;" /><span style="color: blue;"> </span><span id="fullpost" style="color: blue;"> <br />
4. Produktivitas ternak rendah, rata-rata 7 – 9 liter/hari, hal ini disebabkan karena kualitas bibit yang rendah dan bibit sudah tua, kualitas pakan rendah, managemen yang tradisional, calving interval panjang > 18 bulan.<br />
<br />
5. Mata rantai tataniaga susu yang panjang, dari peternak ke loper (pengumpul), tempat penampungan sementara, Koperasi Unit Desa, GKSI dan terakhir ke IPS, sehingga mengakibatkan tingginya biaya pemasaran bagi peternak.<br />
<br />
6. Diversifikasi usaha produk olahan susu/pengolahan pasca panen persusuan belum berkembang di daerah sentra susu, dalam upaya meningkatkan nilai tambah.<br />
<br />
7. Peran sektor swasta (investor) di bidang persusuan (IPS) masih sedikit sehingga susu harus dipasarkan ke luar Provinsi Jawa Tengah<br />
<br />
8. Kabupaten /Kota yang berpotensi pengembangan sapi perah adalah Boyolali, Semarang, Salatiga, Klaten, Kota Semarang, Kab Magelang, Banyumas, Sukoharjo dan Wonosobo.<br />
<br />
Upaya-upaya Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam rangka mengembangkan usaha peternakan sapi perah di Jawa Tengah antara lain:<br />
<br />
1. Tahun 2004 pemerintah Jepang melalui The Project for Dissemination of Appropriate Dairy Technology Utilizing Local Resources telah memberikan bantuan yang berupa teknologi bagi peternak sapi perah guna meningkatkan produksi dan produktivitas sapi perah di Provinsi Jawa Tengah. Bantuan yang diberikan berupa Training of Trainer (TOT) untuk petugas dan peternak sapi perah di lokasi target area dan bantuan peralatan sesuai dengan kebutuhan peternak. Jumlah petugas dan peternak yang telah mengikuti TOT di Cikole sebanyak 53 orang. Berdasarkan hasil feasibility study oleh Tim JICA maka Kabupaten Semarang telah ditunjuk sebagai lokasi target area kegiatan yaitu Dusun Kemiri Desa Jetak Kecamatan Getasan.<br />
<br />
2. Bantuan Demplot kandang model JICA di Kabupaten Semarang dan Boyolali (dari dana APBD I dan swadaya masyarakat dari tahun 2005 - 2007)<br />
<br />
3. Melaluin dana APBD I dan APBN telah dibangun VBC (Village Breeding Center) antara lain di Kabupaten Boyolali, Semarang, Wonosobo, Kota Semarang, Klaten dan mendorong Kabupaen/Kota untuk mengalokasikan pust-pusat pembibitan pedesaan melalui dari dana APBD II maupun DAK. Peranan swasta antara lain ”Rowo Seneng” di Kec. Kandangan Kab. Temanggung untuk mengembangkan perbibitan dan budidaya sapi perah; Pondok Pesantren”Sabil Ul Khoirot” di Desa Butuh Kec. Tengaran Kab. Semarang juga telah mengembangkan budidaya sapi perah dimana hasil susunya telah dimanfaatkan untuk anak-anak pondok pesantren.<br />
<br />
4. Bantuan ternak sapi perah baik dari pemerintah pusat/Ditjen Peternakan maupun dari pemerintah daerah Provinsi/ Kabupaten/Kota<br />
<br />
5. Proses pembentukan Tim Persusuan Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta<br />
<br />
6. Disamping Koperasi Unit Desa yang tersebar di Kabupaten/ Kota jalur susu , tahun 1998 telah terbentuk Koperasi serba usaha “ Andini Luhur” yang telah mengangkat harga susu peternak di kabupaten Semarang yang diketuai oleh Bpk. Agus Warsito<br />
<br />
7. Peran serta GKSI sebagai penyedia sapronak dan sebagai pengumpul serta pemasaran susu ke IPS.<br />
<br />
8. Peranan perbankkan yang telah memberikan berbagai fasilitas kredit bagi usaha peternakaan sapi perah.<br />
<br />
9. Pembentukan Pengurus Asosiasi Peternak Sapi Perah Indonesia (APSPI) di Kota Solo yang diketuai oleh Bpk. H. Masngut Imam Santoso dan untuk Provinsi Jawa Tengah diketuai oleh Bpk. Agus Warsito dari koperasi “ Andini Luhur” yang berperan mengangkat peternak sapi perah di Indonesia.<br />
<br />
10. Peran serta peternak sapi perah dan IPS yang peduli pada sesama (al. P Kasimin Kab. Wonosobo dengan menjual susu pasturisasi seharga Rp. 500,- untuk anak-anak sekolah TK dan SD di wilayah Kabupaten Wonosobo dan ternyata mempunyai dampak yang positif terhadap kecerdasan anak-anak sekolah ; perusahan susu Citra Nasional dll.<br />
<br />
11. Berbagai sarana dan prasarana baik dari dana APBN dan APBD telah digunakan untuk pengolahan susu segar menjadi susu pasteurisasi.<br />
<br />
Kendala yang masih dihadapi dalam usaha peternakan sapi perah :<br />
<br />
1. Kualitas bibit yang masih rendah karena banyak bibit yang sudah tua sehingga<br />
perlu adanya peremajaan bibit sapi perah<br />
2. Kualitas pakan yang masih rendah dan belum optimalnya penggunaan pakan<br />
lokal.<br />
3. Penerapan teknologi yang belum merata disemua peternak<br />
4. Susu segar merupakan bahan makanan yang mudah rusak, sehingga perlu<br />
penangan yang cepat dan tepat.<br />
5. Belum adanya IPS yang dapat menampung susu dari peternak.<br />
6. Harga pakan jadi(konsentrat) yang dirasa masih cukup tinggi.<br />
7. Belum adanya pabrik pakan jadi (konsentrat) yang dapat menjamin ketersediaan<br />
pakan jadi secara kontinyu dan murah.<br />
<br />
Peluang usaha peternakan sapi perah:<br />
Selain susu segar yang diperoleh peternak sapi perah, daging juga diperoleh dari penggemukan sapi perah jantan serta kotoran untuk pupuk kandang dan biogas. Hal inilah yang mendorong peternak sapi perah untuk tetap mempertahankan usahanya dalam bidang peternakan sapi perah. Peran serta pemerintah, swasta serta perbankkan sangat diperlukan dalam mengembangkan usaha budidaya/ peternakan sapi perah untuk meningkatkan ketersediaan susu yang semakin tahun semakin meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah penduduk, konsumsi protein hewani dan kesejahteraan masyarakat. Serta untuk mendongkrak pendapatan peternak sapi perah yang selama ini relatif kecil. (sumber: disnak jawa tengah_Hal ini dipicu oleh kebijakan Uni Eropa dan beberapa negara penghasil susu yang mengurangi subsidi bagi usaha peternakan sapi perah, sehingga tidak ada insentif bagi peternak negara asing untuk mengembangkan usahanya. Kondisi ini menguntungkan bagi peternak sapi perah Indonesia karena akan terjadi peluang untuk meningkatkan posisi tawar kepada buyer susu dan industri pengolahan susu.<br />
Usaha yang selama ini dilakukan oleh kelompok peternak (membentuk asosiasi), pemerintah daerah, koperasi, perguruan tinggi dan pemerintah pusat mencoba untuk “mengangkat” peternakan sapi perah mewujudkan hasil yang nyata, meskipun masih pada tahapan yang belum maksimal.<br />
<br />
Kondisi peternakan sapi perah di Jawa Tengah<br />
1. Populasi sapi perah pada tahun 2006 adalah 112.153 ekor, dengan produksi susu 78.231 ton serta jumlah peternak 28.400 orang (Laporan Tahunan Dinas Peternakan Prov. Jawa Tengah 2006).<br />
<br />
2. Kualitas susu masih rendah dengan kadar lemak 2,91 %, SNF 7,69, TS 10,6, TPC < 5 juta. Rendahnya kualitas susu disebabkan karena rendahnya pemberian pakan konsentrat (kualitas dan kuantitas), hijauan, tata laksana / managemen pemeliharaan. 3. Harga susu di tingkat peternak Jawa Tengah pada saat ini telah mengalami peningkatkan dari harga Rp.1.450,-/lt menjadi Rp.1.600/lt – Rp.1.900,-/lt, bahkan di koperasi “Andini luhur” sudah mencapai harga Rp. 2.700 /lt, rata-rata Rp. 2.300,-/lt. Perbedaan harga ini tergantung dari kualitas susu yang dilihat dari kandungan TS (Total Solid) dan TPC ( Total Plate Count) / kandungan bakteri di dalam susu segar. Pada saat ini TS tertinggi yang telah dicapai peternak kabupaten Semarang adalah 13,28 dan TPC antara 1,02 jt /ml sampai 5 juta /ml susu. Bahkan ada susu dengan TPC hanya 390 rb/ml susu. Harga susu segar di Provinsi Jawa Tengah memang lebih rendah jika dibandingkan dengan harga susu segar di Provinsi Jawa Timur dan Jawa Barat, (Jawa Timur dan Jawa Barat harga susu segar rata-rata Rp.2.500,- Rp.3.500,-). Salah satu penyebab rendahnya harga susu di Jawa Tengah adalah kualitas susu yang masih rendah dan belum adanya IPS sendiri, sehingga untuk menuju ke IPS yang terletak di Jawa Barat/ Jawa Timur membutuhkan ongkos transportasi yang cukup mahal. 4. Produktivitas ternak rendah, rata-rata 7 – 9 liter/hari, hal ini disebabkan karena kualitas bibit yang rendah dan bibit sudah tua, kualitas pakan rendah, managemen yang tradisional, calving interval panjang > 18 bulan.<br />
<br />
5. Mata rantai tataniaga susu yang panjang, dari peternak ke loper (pengumpul), tempat penampungan sementara, Koperasi Unit Desa, GKSI dan terakhir ke IPS, sehingga mengakibatkan tingginya biaya pemasaran bagi peternak.<br />
<br />
6. Diversifikasi usaha produk olahan susu/pengolahan pasca panen persusuan belum berkembang di daerah sentra susu, dalam upaya meningkatkan nilai tambah.<br />
<br />
7. Peran sektor swasta (investor) di bidang persusuan (IPS) masih sedikit sehingga susu harus dipasarkan ke luar Provinsi Jawa Tengah<br />
<br />
8. Kabupaten /Kota yang berpotensi pengembangan sapi perah adalah Boyolali, Semarang, Salatiga, Klaten, Kota Semarang, Kab Magelang, Banyumas, Sukoharjo dan Wonosobo.<br />
<br />
Upaya-upaya Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam rangka mengembangkan usaha peternakan sapi perah di Jawa Tengah antara lain:<br />
<br />
1. Tahun 2004 pemerintah Jepang melalui The Project for Dissemination of Appropriate Dairy Technology Utilizing Local Resources telah memberikan bantuan yang berupa teknologi bagi peternak sapi perah guna meningkatkan produksi dan produktivitas sapi perah di Provinsi Jawa Tengah. Bantuan yang diberikan berupa Training of Trainer (TOT) untuk petugas dan peternak sapi perah di lokasi target area dan bantuan peralatan sesuai dengan kebutuhan peternak. Jumlah petugas dan peternak yang telah mengikuti TOT di Cikole sebanyak 53 orang. Berdasarkan hasil feasibility study oleh Tim JICA maka Kabupaten Semarang telah ditunjuk sebagai lokasi target area kegiatan yaitu Dusun Kemiri Desa Jetak Kecamatan Getasan.<br />
<br />
2. Bantuan Demplot kandang model JICA di Kabupaten Semarang dan Boyolali (dari dana APBD I dan swadaya masyarakat dari tahun 2005 - 2007)<br />
<br />
3. Melaluin dana APBD I dan APBN telah dibangun VBC (Village Breeding Center) antara lain di Kabupaten Boyolali, Semarang, Wonosobo, Kota Semarang, Klaten dan mendorong Kabupaen/Kota untuk mengalokasikan pust-pusat pembibitan pedesaan melalui dari dana APBD II maupun DAK. Peranan swasta antara lain ”Rowo Seneng” di Kec. Kandangan Kab. Temanggung untuk mengembangkan perbibitan dan budidaya sapi perah; Pondok Pesantren”Sabil Ul Khoirot” di Desa Butuh Kec. Tengaran Kab. Semarang juga telah mengembangkan budidaya sapi perah dimana hasil susunya telah dimanfaatkan untuk anak-anak pondok pesantren.<br />
<br />
4. Bantuan ternak sapi perah baik dari pemerintah pusat/Ditjen Peternakan maupun dari pemerintah daerah Provinsi/ Kabupaten/Kota<br />
<br />
5. Proses pembentukan Tim Persusuan Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta<br />
<br />
6. Disamping Koperasi Unit Desa yang tersebar di Kabupaten/ Kota jalur susu , tahun 1998 telah terbentuk Koperasi serba usaha “ Andini Luhur” yang telah mengangkat harga susu peternak di kabupaten Semarang yang diketuai oleh Bpk. Agus Warsito<br />
<br />
7. Peran serta GKSI sebagai penyedia sapronak dan sebagai pengumpul serta pemasaran susu ke IPS.<br />
<br />
8. Peranan perbankkan yang telah memberikan berbagai fasilitas kredit bagi usaha peternakaan sapi perah.<br />
<br />
9. Pembentukan Pengurus Asosiasi Peternak Sapi Perah Indonesia (APSPI) di Kota Solo yang diketuai oleh Bpk. H. Masngut Imam Santoso dan untuk Provinsi Jawa Tengah diketuai oleh Bpk. Agus Warsito dari koperasi “ Andini Luhur” yang berperan mengangkat peternak sapi perah di Indonesia.<br />
<br />
10. Peran serta peternak sapi perah dan IPS yang peduli pada sesama (al. P Kasimin Kab. Wonosobo dengan menjual susu pasturisasi seharga Rp. 500,- untuk anak-anak sekolah TK dan SD di wilayah Kabupaten Wonosobo dan ternyata mempunyai dampak yang positif terhadap kecerdasan anak-anak sekolah ; perusahan susu Citra Nasional dll.<br />
<br />
11. Berbagai sarana dan prasarana baik dari dana APBN dan APBD telah digunakan untuk pengolahan susu segar menjadi susu pasteurisasi.<br />
<br />
Kendala yang masih dihadapi dalam usaha peternakan sapi perah :<br />
<br />
1. Kualitas bibit yang masih rendah karena banyak bibit yang sudah tua sehingga<br />
perlu adanya peremajaan bibit sapi perah<br />
2. Kualitas pakan yang masih rendah dan belum optimalnya penggunaan pakan<br />
lokal.<br />
3. Penerapan teknologi yang belum merata disemua peternak<br />
4. Susu segar merupakan bahan makanan yang mudah rusak, sehingga perlu<br />
penangan yang cepat dan tepat.<br />
5. Belum adanya IPS yang dapat menampung susu dari peternak.<br />
6. Harga pakan jadi(konsentrat) yang dirasa masih cukup tinggi.<br />
7. Belum adanya pabrik pakan jadi (konsentrat) yang dapat menjamin ketersediaan<br />
pakan jadi secara kontinyu dan murah.<br />
<br />
Peluang usaha peternakan sapi perah:<br />
Selain susu segar yang diperoleh peternak sapi perah, daging juga diperoleh dari penggemukan sapi perah jantan serta kotoran untuk pupuk kandang dan biogas. Hal inilah yang mendorong peternak sapi perah untuk tetap mempertahankan usahanya dalam bidang peternakan sapi perah. Peran serta pemerintah, swasta serta perbankkan sangat diperlukan dalam mengembangkan usaha budidaya/ peternakan sapi perah untuk meningkatkan ketersediaan susu yang semakin tahun semakin meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah penduduk, konsumsi protein hewani dan kesejahteraan masyarakat. Serta untuk mendongkrak pendapatan peternak sapi perah yang selama ini relatif kecil. (sumber: disnak jateng)<br />
<br />
Sumber:<br />
<a href="http://pranowoblog.co.cc/?p=19">Pranowoblog » Blog Archive » Prospek Pengembangan Sapi Perah di Jawa Tengah</a></span>bloggerhttp://www.blogger.com/profile/18194741463752412428noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7862863119838561151.post-68563107597674832882012-01-28T05:11:00.001-08:002012-01-28T05:11:14.750-08:00Dampak ekonomi kejadian brucellosis pada sapi perah di Indonesia<div style="color: blue;">Dampak ekonomi kejadian brucellosis pada sapi perah di Indonesia<br />
Saturday, 03 January 2009 12:33 Last Updated on Tuesday, 20 January 2009 15:39 Written by Wawan Nazaruddin. SKH<br />
Oleh<br />
Wawan Nazaruddin. SKH<br />
<br />
<br />
PENDAHULUAN<br />
<br />
Populasi sapi perah di Indonesia setiap tahun semakin meningkat, hal ini dipicu oleh kebijakan Uni Eropa dan beberapa negara penghasil susu yang mengurangi subsidi bagi usaha peternakan sapi perah, sehingga tidak ada insentif bagi peternak negara asing untuk mengembangkan usahanya. Kondisi ini menguntungkan bagi peternak sapi perah Indonesia karena akan terjadi peluang untuk meningkatkan posisi tawar kepada buyer susu dan industri pengolahan susu. Selain susu segar yang diperoleh peternak sapi perah, daging juga diperoleh dari penggemukan sapi perah jantan serta kotoran untuk pupuk kandang dan biogas. Hal inilah yang mendorong peternak sapi perah untuk tetap mempertahankan usahanya dalam bidang peternakan sapi perah.<br />
<span id="fullpost"><br />
Penyakit brucellosis merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi pada sapi perah dan merupakan penyakit yang penting karena dapat menimbulkan abortus dan tidak hanya itu penyakit brucellosis ini juga merupakan penyakit zoonosis yang dapat menular kemanusia dan menebabkan penyakit undulant. Kejadian brucellosis cenderung semakin meningkat baik dari segi jumlah (tingkat prevalensi / insidens reaktor) maupun dalam penyebarannya (distribusi). Hal ini tentu sangat mengancam pertumbuhan peternakan (sapi dan kerbau).<br />
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui penyebab dan kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit brucellosis.<br />
<br />
TINJAUAN PUSTAKA<br />
<br />
Kejadian penyakit brucellosis<br />
Penyakit brucellosis merupakan penyakit ternak yang menjadi problem nasional baik untuk kesehatan masyarakat maupun persoalan ekonomi peternak. Di Indonesia kecenderungan meningkatnya populasi dan lebih seringnya mutasi sapi perah menjadi penyebab utama meningkatnya kasus brucellosis. Oleh sebab itu di Indonesia penyakit brucellosis dimasukkan dalam daftar penyakit menular yang harus dicegah dan diberantas sejak tahun 1959.<br />
Di Indonesia, penyakit brucellosis dikenal pertama kali pada tahun 1935, ditemukan pada sapi perah di Grati, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur dan kuman Brucella Abortus berhasil diisolasi pada tahun 1938. Penyakit brucellosis sudah bersifat endemis di Indonesia dan kadang-kadang muncul sebagai epidemi pada banyak peternakan sapi perah di Jakarta, Bandung, Jawa Tengah dan Jawa Timur (Putra, 2003)<br />
<br />
Etiologi<br />
Penyakit brucellosis, bangs disease atau penyakit abortus pada sapi disebabkan oleh Brucella Abortus (Gibbons, 1963). Secara morfologi, kuman Brucella. Spesies brucellosis yang lain diantaranya adalah Brucella suis dan Brucella meletensis juga dapat menyerang sapi, namun organisme tersebut biasanya hanya terbatas didalam system retikuloendotelial, serta tidak mengakibatkan gambaran penyakit yang jelas.<br />
<br />
Klasifikasi<br />
Kingdom :Bacteria<br />
Filum :Proteobacteria<br />
Class :Alphaproteobacteria<br />
Ordo :Rhizobiales<br />
Famili :Brucellaceae<br />
Genus :Brucella<br />
spesies :Brucella Abortus<br />
<br />
Brucella Abortus bersifat Gram negatif, tidak berspora, berbentuk kokobasilus (short rods) dengan panjang 0,6 - 1,5 μm, tidak berkapsul, tidak berflagella sehingga tidak bergerak (non motil). Dalam media biakan, koloni kuman brucella berbentuk seperti setetes madu bulat, halus, permukaannya cembung dan licin, mengkilap serta tembus cahaya dengan diameter 1 - 2 mm. Pada pengecatan Gram, kuman terlihat sendiri-sendiri, berpasangan atau membentuk rantai pendek.<br />
Secara biokimia, kuman Brucella dapat mereduksi nitrat, menghidrolisis urea, dan tidak membentuk sitrat tetapi membentuk H2S. Pertumbuhan bakteri memerlukan temperatur 20 - 40°C dengan penambahan karbondioksida (C02) 5 - 10% (Noor, 2006).<br />
Kuman brucella bersifat fakultatif intraseluler yaitu kuman mampu hidup dan berkembang biak dalam set fagosit, memiliki 5-guanosin monofosfat yang berfungsi menghambat efek bakterisidal dalam neutrofil, sehingga kuman mampu hidup dan berkembang biak di dalam set neutrofil. Strain B. abortus yang halus (smooth) pada LPS-nya mengandung komponen rantai 0-perosamin, merupakan antigen paling dominan yang dapat terdeteksi pada hewan maupun manusia yang terinfeksi brucellosis . Uji serologis standar brucellosis adalah spesifik untuk mendeteksi rantai 0-perosamin tersebut.<br />
<br />
Sensitifitas Bakteri<br />
Bakteri brucella di luar tubuh induk semang dapat bertahan hidup pada berbagai kondisi lingkungan dalam waktu tertentu. Kemampuan daya tahan hidup bakteri brucella pada tanah kering adalah selama 4 hari di luar suhu kamar, pada tanah yang lembab dapat bertahan hidup selama 66 hari dan pada tanah yang becek bertahan hidup selama 151 - 185 hari. Menurut SUDIBYO (1995), kuman brucella dapat bertahan hidup selama 2 hari dalam kotoran atau limbah kandang bagian bawah dengan suhu yang relative tinggi. Pada air minum ternak, kuman dapat bertahan selama 5 - 114 hari dan pada air limbah selama 30 - 150 hari (Noor, 2006).<br />
<br />
Cara penularan<br />
Cara penularan penyakit brucellosis yang paling banyak adalah melalui air susu atau pakan yang tercemar oleh selaput janin atau cairan yang keluar dari rahim yang terinfeksi. Penularan bakteri brucellosis ini melalui jilatan dari sapi sapi tersebut, kemudian bakteri brucellosis dapat memasuki tubuh melalui selaput lender konjungtiva atau melalui gesekan kulit yang sehat. Untuk terjadinya infeksi melalui konjungtiva diperlukan kurang lebih 1,5 juta bakteri brucella.<br />
Penularan dari pejantan yang terinfeksi brucellosis kepada induk betina dapat terjadi melalui kawin alami atau juga dapat melalui proses inseminasi buatan dilakukan lewat intra uterin dengan sperma yang mengandung brucellosis. Penularan penyakit brucellosis juga dapat terjadi melalui air susu induk yang diminum oleh pedet sapi, namun terjadinya infeksi melalui air susu tersebut sangat kecil sekali.<br />
Penularan kepada manusia dapat terjadi melalui saluran pencernaan, misalnya minum air susu yang tidak dimasak yang berasal dari ternak penderita brucellosis. Penularan melalui selaput lendir atau kulit yang luka, misalnya kontak langsung dengan janin atau plasenta (ari-ari/bali) dari sapi penderita brucellosis dapat juga menyebabkan penularan brucellosis pada manusia.<br />
<br />
Patogenesis<br />
Permulaan infeksi brucellosis terjadi pada kelenjar limfe supramamaria. Pada uterus, lesi pertama terlihat pada jaringan ikat antara kelenjar uterus mengarah terjadinya endometritis ulseratif, kotiledon kemudian terinfeksi disertai terbentuknya eksudat pada lapisan allantokhorion. Brucella banyak terdapat pada vili khorion, karena terjadi penghancuran jaringan, seluruh vili akan rusak menyebabkan kematian fetus dan abortus. Jadi kematian fetus adalah gangguan fungsi plasenta disamping adanya endotoksin. Fetus biasanya tetap tinggal di uterus selama 24-72 jam setelah kematian. Selaput fetus menderita oedematous dengan lesi dan nekrosa. (Hardjopranjoto, 1995).<br />
Pada hewan jantan, infeksi akan diikuti oleh orkhitis yang kronis dan perlekatan antara tunika vaginalis testis, sel mani abnormal dan fibriosis yang kronis dari jaringan interstitial. Terjadi pengumpulan makrofag dan limfosit pada jaringan testis. Ampula dan vas deferent, terjadi nekrosa jaringan ikatnya. (Hardjopranjoto, 1995).<br />
<br />
Gejala klinis<br />
Gejala klinis dari penyakit brucellosis ini adalah abortus atau dimasyarakat dan peternak dikenal dengan nama keluron. Keguguran biasanya terjadi pada umur kebuntingan 6 sampai 9 bulan kebuntingan, selaput fetus yang yang diaborsikan terlihat oedema, hemoragi, nekrotik dan adanya eksudat kental serta adanya retensi plasenta, metritis dan keluar kotoran dari vagina (Anonim, 2008). Penyakit brucellosis ini juga menyebabkan perubahan didalam ambing. Lebih dari separo dari sapi-sapi yang titer aglutinasinya tinggi menunjukkan presentasi yang tinggi didalam ambingnya.<br />
Selain itu juga penyakit brucellosis ini menimbulkan lesi higromata terutama pada daerah sekitar lutut. Lesi ini terbentuk sebagai regangan sederhana atas bungkus sinovia pada persendian, yang berisi cairan yang jernih atau jonjot fibrin maupun nanah. Kemungkinan terjadinya higroma akibat adanya suatu trauma kemudian kuman kuman brucella yang berada didalam darah membentuk koloni didaerah persendian tersebut (Hardjopranjoto, 1995).<br />
Pada pejantan penyakit brucellosis dapat menyerang pada testis dan mengakibatkan orkhitis dan epididimitis serta gangguan pada kelenjar vesikula seminalis dan ampula. Brucellosis juga menyebabkan abses serta nekrosis pada buah pelir dan kelenjar kelamin tambahan. Sehingga semen yang diambil dari pejantan mungkin mengandung bakteri brucella abortus.<br />
<br />
Penanggulangan dan pencegahan brucellosis<br />
Pencegahan brucellosis pada sapi didasarkan pada tindakan higiene dan sanitasi, vaksin anak sapi dengan Strain 19 dan pengujian serta penyingkiran sapi reaktor. Tindakan higienik sangat penting dalam program pencegahan brucellosis pada suatu kelompok ternak. Sapi yang tertular sebaiknya dijual atau dipisahkan dari kelompoknya, kemudian fetus dan placenta yang digugurkan harus dikubur atau dibakar dan tempat yang terkontaminasi harus didesinfeksi dengan 4% larutan kresol atau desinfektan sejenis.<br />
Program vaksinasi dilakukan pada anak sapi umur 3-7 bulan dengan vaksin Brucella Strain 19. Tapi penggunaan Strain 19 harus hati-hati karena dapat menyebabkan brucellosis atau demam undulan pada manusia (Anonim, 2008).<br />
Metode pengendalian lainnya ialah vaksinasi dengan 45/20 terhadap semua ternak, uji serologik secara teratur dengan SAT atau BRT dan CFT, monitoring dengan MRT dan isolasi atau penyingkiran reaktor (Anonim, 2008). Pada umumnya di Indonesia prinsip pengendalian brucellosis adalah metode test and slaughter (uji dan potong) merupakan cara terakhir dalam program pemberantasan.<br />
<br />
Kerugian yang ditimbulkan dari penyakit brucellosis<br />
Penyakit brucellosis dapat menyebabkan kerugian secara ekonomi pada peternak sapi perah dan merupakan penyakit ekonomi pada peternakan yang merisaukan bagi peternak. Hal ini disebabkan karena penyakit brucellosis dapat menulari semua betina yang telah dewasa kelamin dan menyebabkan abortus sampai mencapai 90% dari seluruh sapi betina dewasa tersebut. Sapi betina yang telah terinfeksi brucellosis dapat mengalami abortus 1-2 kali, kemudian akan terjadi kebuntingan normal kembali, namun kebanyakan sapi sapi perah yang terinfeksi tersebut sukar untuk bunting kembali dan mengalami kemajiran yang total, terutama pada sapi yang mengalami retensi sekundinae. Dan dalam beberapa tahun kemudian, gejala abortus menjadi umum dikawasan ternak tersebut disertai dengan angka konsepsi yang rendah, sapi-sapi dikawinkan berulang kali tidak terjadi kebuntingan. Hal ini menyebabkan biaya produksi perusahaan peternakan menjadi tinggi. (Hardjopranjoto, 1995).<br />
<br />
KESIMPULAN<br />
<br />
Penyakit yang menyebabkan keguguran pada sapi perah disebabkan oleh bakteri brucellosis. Penyakit brucellosis ini menyebabkan keguguran pada trimester terakhir masa kebuntingan.<br />
Penyakit brucellosis menimbulkan kerugian secara ekonomi pada peternak karena selain menyebabkan abortus pada induk yang sedang bunting, penyakit ini juga dapat menyebabkan sapi yang terinfeksi mengalami kemajiran total. Selain itu juga sapi yang terinfeksi brucellosis, produksi susu turun akan turun drastis.</span></div>bloggerhttp://www.blogger.com/profile/18194741463752412428noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7862863119838561151.post-58146733281688530652012-01-28T05:10:00.000-08:002012-01-28T05:10:01.004-08:00Perencanaan Peternakan Sapi Perah<div align="center" style="color: blue; margin-bottom: 0pt;">Oleh:</div><div align="center" style="color: blue; margin-bottom: 0pt;">Priyono, S.Pt</div><div align="center" style="color: blue; margin-bottom: 0pt;"><span style="font-size: xx-small;"><i>Alumnus Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman</i></span></div><div align="center" style="color: blue; margin-bottom: 0pt;"><span style="font-size: xx-small;"><i>Mahasiswa Magister Ilmu Ternak Universitas Diponegoro</i></span></div><div align="center" style="color: blue; line-height: 150%; margin-bottom: 0pt;"><br />
</div><div align="justify" style="color: blue; line-height: 150%; margin-bottom: 0pt; text-indent: 1cm;">Susu merupakan bahan makanan asal ternak yang memiliki kandungan gizi tinggi. Hal ini mengakibatkan permintaan akan susu meningkat seiring dengan semakin bertambahnya populasi manusia setiap tahunnya. Saat ini sebagian besar susu di Indonesia masih harus diimpor (sekitar 70 %), sedangkan 30%nya di pasok dari produksi susu domestik yang sebagian besar dihasilkan oleh peternakan sapi perah rakyat (Purna, dkk. 2009). Selain itu, susu yang dihasilkan oleh peternak sapi perah Indonesia banyak yang tidak memenuhi standar IPS, sehingga banyak susu yang ditolak pabrik pengolahan susu. Tidak ada langkah lain selain membuang susu, dan hal ini tentu akan merugikan peternak Indonesia.</div><span id="fullpost" style="color: blue;"><br />
<br />
</span><br style="color: blue;" /><span style="color: blue;"> </span><div align="justify" style="color: blue; line-height: 150%; margin-bottom: 0pt; text-indent: 1cm;"><span id="fullpost">Sebagai generasi bangsa, setiap masyarakat Indonesia dituntut peran sertanya dalam pembangunan. Salah satu aspek penting dan vital bagi rakyat Indonesia adalah bidang pertanian, karena sebagian besar masyarakat Indonesia bergerak dalam sektor pertanian, termasuk didalamnya subsektor peternakan. Langkah yang dapat dilakukan untuk mencukupi kebutuhan konsumsi susu masyarakat Indonesia adalah dengan banyak masyarakat yang membudidayakan peternakan sapi perah. Supaya peternakan sapi perah berjalan sesuai dengan tujuan yaitu memberikan produksi susu yang tinggi dan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat, maka diperlukan perencanaan yang matang sebelum memulai membudidayakan peternakan sapi perah.</span></div><div align="justify" style="color: blue; line-height: 150%; margin-bottom: 0pt; text-indent: 1cm;"><span id="fullpost">Suatu usaha yang didasarkan pada rencana sebelumnya, hasilnya akan lebih baik dibandingkan dengan usaha yang dilakukan tanpa ada rencana sebelumnya. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat perencanaan sapi perah adalah sebagai berikut:</span></div><ol style="color: blue;"><span id="fullpost">
<li> <br />
<div align="justify" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0pt;">Merintis Usaha</div></li>
</span></ol><div align="justify" style="color: blue; line-height: 150%; margin-bottom: 0pt; margin-left: 0.5cm;"><span id="fullpost">Sebelum memulai usaha kita harus menentukan titik awal atau latar belakang kita berusaha, apakah usaha kita merupakan pendirian usaha atau pengembangan usaha. Jika pendirian usaha, maka perencanaan akan dimulai dari awal, sedangkan jika pengembangan usaha, maka perencanaan usahanya merupakan perencanaan lanjutan. Persiapan dalam merintis usaha yaitu harus memperhatikan:</span></div><ol style="color: blue;"><span id="fullpost">
<li> <br />
<div align="justify" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0pt;">Aspek Umum yang umumnya terdiri dari sosial, budaya, tanggapan masyarakat, dukungan pemerintah, dan lain-lain,</div></li>
<li> <br />
<div align="justify" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0pt;">Aspek Ekonomi, yaitu berkaitan dengan analisis usaha yang nantinya apakah usahanya akan menguntungkan atau sebaliknya memperoleh kerugian. Sehingga aspek ekonomi ini merupakan aspek yang vital dalam perencanaan usaha peternakan sapi perah,</div></li>
<li> <br />
<div align="justify" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0pt;">Aspek Teknis Operasional yaitu aspek yang terkait dengan teknis dan lingkungan. Tanpa adanya aspek ini, maka produksi tidak dapat dihasilkan. Untuk memperoleh usaha yang menguntungkan, maka harus dimulai dari aspek teknis yang baik dan berkualitas.</div></li>
</span></ol><ol style="color: blue;"><span id="fullpost">
<li> <br />
<div align="justify" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0pt;">Rencana Kerja Usaha</div></li>
</span></ol><div align="justify" style="color: blue; line-height: 150%; margin-bottom: 0pt; margin-left: 0.5cm;"><span id="fullpost">Rencana kerja disusun setelah ada ide merintis usaha. Tahap ini merupakan tahap yang menentukan dalam awal usaha yang dilakukan. Rencana kerja dapat dibagi kedalam lima bagian, yaitu:</span></div><div align="justify" style="color: blue; line-height: 150%; margin-bottom: 0pt; margin-left: 0.5cm;"><span id="fullpost"> Maksud dan tujuan usaha</span></div><div align="justify" style="color: blue; line-height: 150%; margin-bottom: 0pt; margin-left: 1cm;"><span id="fullpost">Usaha peternakan sapi perah dijalankan sebagai usaha produksi susu saja atau ditambah dengan usaha pembibitan sapi perah. Kejelasan maksud dan tujuan akan memudahkan dalam kelanjutan usaha kedepannya.</span></div><div align="justify" style="color: blue; line-height: 150%; margin-bottom: 0pt; margin-left: 1cm;"><span id="fullpost">Ternak yang akan diusahakan</span></div><div align="justify" style="color: blue; line-height: 150%; margin-bottom: 0pt; margin-left: 1cm;"><span id="fullpost">Ternak yang diusahakan akan menggunakan jenis ternak tertentu, kemudian jenis kelamin tertentu dan harus dipastikan jumlah awal ternaknya berapa banyak atau jika pengembangan maka penambahan ternaknya harus diperhatikan berapa banyak.</span></div><div align="justify" style="color: blue; line-height: 150%; margin-bottom: 0pt; margin-left: 1cm;"><span id="fullpost">Kandang dan Gudang</span></div><div align="justify" style="color: blue; line-height: 150%; margin-bottom: 0pt; margin-left: 1cm;"><span id="fullpost">Hal ini disesuaikan dengan rintisan usaha, apakah akan membuat bangunan awal atau membuat bangunan tambahan.</span></div><div align="justify" style="color: blue; line-height: 150%; margin-bottom: 0pt; margin-left: 1cm;"><span id="fullpost">Pakan</span></div><div align="justify" style="color: blue; line-height: 150%; margin-bottom: 0pt; margin-left: 1cm;"><span id="fullpost">Pakannya harus dipantau ketersediaannya, sehingga terjadi kontinyuitas penyediaan pakan. Maka ternak dapat tercukupi kebutuhan pakannya baik dari segi kualitas maupun kuantitas.</span></div><div align="justify" style="color: blue; line-height: 150%; margin-bottom: 0pt; margin-left: 1cm;"><span id="fullpost">Pasar</span></div><div align="justify" style="color: blue; line-height: 150%; margin-bottom: 0pt; margin-left: 1cm;"><span id="fullpost">Usaha ternaknya harus mempunyai pasar yang baik. Jika pasarnya kurang baik, meskipun produksinya tinggi dan baik maka susu atau pedet tidak dapat dijual dan hal ini akan menyebabkan kerugian pada usaha peternakan sapi perah.</span></div><div align="justify" style="color: blue; line-height: 150%; margin-bottom: 0pt; margin-left: 1cm;"><span id="fullpost">Rencana Penggunaan Modal</span></div><div align="justify" style="color: blue; line-height: 150%; margin-bottom: 0pt; margin-left: 0.5cm;"><span id="fullpost">Rencana penggunaan modal juga merupakan aspek yang memiliki peran vital dalam usaha, karena tanpa modal usaha hanya akan menjadi rencana saja dan tidak dapat diaplikasikan. Modal usaha yang harus dikeluarkan dalam menyusun rencana usaha peternakan sapi perah yaitu:</span></div><div align="justify" style="color: blue; line-height: 150%; margin-bottom: 0pt; margin-left: 0.5cm;"><span id="fullpost">Investasi</span></div><ul style="color: blue;"><span id="fullpost">
<li> <br />
<div align="justify" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0pt;">Kandang</div></li>
<li> <br />
<div align="justify" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0pt;">Gudang</div></li>
<li> <br />
<div align="justify" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0pt;">Perumahan</div></li>
<li> <br />
<div align="justify" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0pt;">Peralatan pemerahan</div></li>
<li> <br />
<div align="justify" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0pt;">Peralatan teknis pemeliharaan</div></li>
</span></ul><div align="justify" style="color: blue; line-height: 150%; margin-bottom: 0pt;"><span id="fullpost"> Biaya Tetap</span></div><ul style="color: blue;"><span id="fullpost">
<li> <br />
<div align="justify" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0pt;">Sapi betina (Laktasi dan kering kandang)</div></li>
<li> <br />
<div align="justify" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0pt;">Sapi jantan</div></li>
<li> <br />
<div align="justify" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0pt;">Pedet betina</div></li>
<li> <br />
<div align="justify" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0pt;">Pedet jantan</div></li>
</span></ul><div align="justify" style="color: blue; line-height: 150%; margin-bottom: 0pt;"><span id="fullpost">Biaya Operasional</span></div><ul style="color: blue;"><span id="fullpost">
<li> <br />
<div align="justify" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0pt;">Pakan (Hijauan dan konsentrat)</div></li>
<li> <br />
<div align="justify" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0pt;">Gaji karyawan</div></li>
<li> <br />
<div align="justify" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0pt;">Obat-obatan</div></li>
<li> <br />
<div align="justify" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0pt;">Penyusutan bangunan dan peralatan</div></li>
<li> <br />
<div align="justify" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0pt;">Listrik</div></li>
<li> <br />
<div align="justify" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0pt;">Penyusutan kematian ternak (sekitar 4-5 %)</div></li>
<li> <br />
<div align="justify" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0pt;">Pajak</div></li>
<li> <br />
<div align="justify" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0pt;">Biaya lain-lain. </div></li>
</span></ul><div align="justify" style="color: blue; line-height: 150%; margin-bottom: 0pt;"><span id="fullpost">Perkembangbiakan ideal sapi perah</span></div><div align="justify" style="color: blue; line-height: 150%; margin-bottom: 0pt; margin-left: 0.5cm;"><span id="fullpost">Sebelum memulai usaha, peternak atau pengusaha harus mengetahui perkembangbiakan sapi perah. Beberapa hal yang harus diketahui dan diperhatikan adalah sebagai berikut:</span></div><ul style="color: blue;"><span id="fullpost">
<li> <br />
<div align="justify" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0pt;">Lama kebuntingan 9 bulan</div></li>
<li> <br />
<div align="justify" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0pt;">Masa kering kandang 2 bulan</div></li>
<li> <br />
<div align="justify" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0pt;">Siklus birahi 21 hari</div></li>
<li> <br />
<div align="justify" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0pt;">Lama birahi 2 sampai 3 hari</div></li>
<li> <br />
<div align="justify" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0pt;">Umur afkir induk atau pejantan 8 sampai 9 tahun</div></li>
<li> <br />
<div align="justify" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0pt;">Pedet betina diberikan susu sampai umur 4 bulan</div></li>
<li> <br />
<div align="justify" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0pt;">Pedet jantan diberikan susu sampai umur 2 bulan</div></li>
<li> <br />
<div align="justify" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0pt;">Pedet jantan dapat dijual setelah umur 1,5 sampai 2 bulan (Nugroho, 2008).</div></li>
</span></ul><div align="justify" style="color: blue; line-height: 150%; margin-bottom: 0pt; text-indent: 1cm;"><span id="fullpost">Langkah yang perlu dilakukan setelah usaha peternakan sapi perah berjalan adalah dilakukan evaluasi. Evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana target yang direncanakan tercapai. Sehingga dapat mengambil langkah preventif sebaliknya pengembangan pada usaha peternakan sapi perah. Hal ini tentu akan membantu mengurangi ketergantungan bangsa Indonesia akan impor susu. Siapa lagi yang akan membangun Indonesia jika bukan para penerus dan generasi bangsa.</span></div><div align="justify" style="color: blue; line-height: 150%; margin-bottom: 0pt;"><span id="fullpost"> <b>Sumber:</b></span></div><div align="justify" lang="sv-SE" style="color: blue; line-height: 150%; margin-bottom: 0pt; margin-left: 1cm; text-indent: -1cm;"><span id="fullpost"> Nugroho, C. P. 2008. <i>Agribisnis Ternak Ruminansia Jilid 3</i>. Direktorat Pembinaan <span lang="sv-SE">Sekolah</span> Menengah Kejuruan. Jakarta.</span></div><div align="justify" lang="sv-SE" style="color: blue; line-height: 150%; margin-bottom: 0pt; margin-left: 1cm; text-indent: -1cm;"><span id="fullpost"> <span lang="sv-SE">Purna, I., Hamidi dan Elis. 2009. Permasalahan dan Kebijakan Pemerintah Di Sektor Perindustrian. </span><span lang="sv-SE"><i>www.setneg.go.id</i></span><span lang="sv-SE">. Diakses 31 Mei 2009.</span></span></div>bloggerhttp://www.blogger.com/profile/18194741463752412428noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7862863119838561151.post-33205900560200935682012-01-28T05:08:00.000-08:002012-01-28T05:08:18.944-08:00BETERNAK SAPI PERAH<span style="color: blue;"> </span><div class="post-header" style="color: blue;"> </div><span style="color: blue;"> </span><div class="post-body entry-content" id="post-body-2463605591087594148" style="color: blue;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKR4vlnHfIUtEONv7qKE7urcvKAzUOt4u7atBMjcJP3O0cReADhclBvmnU8SaiBFPU44TVx1vHyYx6UQ633ywCuU0YsBJZyFYiUoGssOF7A6qzp4O1dFYDMHtaXSA74Xa0bysVqRE8v3K0/s1600-h/sapi-perah1.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5319130059796271122" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKR4vlnHfIUtEONv7qKE7urcvKAzUOt4u7atBMjcJP3O0cReADhclBvmnU8SaiBFPU44TVx1vHyYx6UQ633ywCuU0YsBJZyFYiUoGssOF7A6qzp4O1dFYDMHtaXSA74Xa0bysVqRE8v3K0/s400/sapi-perah1.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 300px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 400px;" /></a> <div class="MsoNormal"><b><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">BETERNAK SAPI PERAH</span></b></div><div class="MsoNormal"><b><span style="font-family: "; font-size: 10pt;"> </span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">Dalam pemeliharaan sapi perah ada beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-family: "; font-size: 10pt;"> </span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-family: "; font-size: 10pt;"> </span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">1. Seleksi Bibit</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">Jenis sapi perah yang biasa dipelihara adalah sapi FH (Fries Holland) dengan ciri-ciri sebagai berikut :</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">- Warna bulu putih dengan bercak hitam.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">- Berat badan betina dewasa 625 kg dan jantan 900 kg.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">- Pembawaan betina tenang dan jinak sedangkan jantan agak panas.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">- Daya merumput (Grazing ability) hanya baik pada pasture yang baik saja.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">- Dewasa kelamin sapi FH agak lambat, umur pertama kali dikawinkan 15 – 18 bulan.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">- </span><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">Produksi susu relatif lebih tinggi dibandingkan sapi perah lainnya.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-family: "; font-size: 10pt;"> </span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-family: "; font-size: 10pt;"> </span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">2. Pakan</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">Pakan sapi perah umumnya dibagi tiga :</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: red; font-family: "; font-size: 10pt;">a. Hijauan :</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">- Rumput - rumputan : Rumput gajah ( </span><i><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">Pennisetum purpureum</span></i><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">), Rumput Raja (King grass), setaria, benggala (</span><i><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">Pennisetum maximum)</span></i><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">, rumput lapang dan BD (</span><i><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">Brachiaria</span></i><span style="font-family: "; font-size: 10pt;"> </span><i><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">decumbens)</span></i><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">,</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">- Kacang-kacangan : Lamtoro, turi, gamal</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: red; font-family: "; font-size: 10pt;">b. Konsentrat :</span><span style="font-family: "; font-size: 10pt;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">Dedak, bunkil kelapa, bungkil kacang tanah, jagung kedelai.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="color: red; font-family: "; font-size: 10pt;">c. Limbah pertanian :</span><span style="font-family: "; font-size: 10pt;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">Jerami padi, jerami jagung, jerami kedelai, dll.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "; font-size: 10pt;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">Pakan yang diberikan kepada sapi perah secara umum berupa hijauan 60 % dari BK (berat kering) dan 40 % Konsentrat.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">Dalam hal ini hijauan yang digunakan 75 % rumput alam dan 25 % rumput unggul.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">Sebagai contoh bila berat sapi 450 kg dan produksi susu 13 kg / hari lemak 3,5 % dapat diberikan pakan : rumput alam 21 kg, rumput gajah 7,5 kg dan konsentrat pabrik 6 kg.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-family: "; font-size: 10pt;"> </span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-family: "; font-size: 10pt;"> </span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">3. Kandang dan Peralatan</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">kandang yang dibuat harus memenuhi syarat antara lain : Terpisah dari rumah + 10 m, drainase dan ventilasi baik, lantai tidak licin, ada penampungan kotoran dan ukuran kandang 1,5 X 2,5 m / ekor.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-family: "; font-size: 10pt;"> </span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-family: "; font-size: 10pt;"> </span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">4. Kesehatan Hewan</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">Beberapa penyakit yang sering menyerang sapi perah antara lain:</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "; font-size: 10pt;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">a. Radang Ambing / Mastitis</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">Penyebab : Bakteri </span><i><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">Streptococcus agalactiae </span></i><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">dan </span><i><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">Staphilocossus aureus</span></i><span style="font-family: "; font-size: 10pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">Gejala : (pada mastitis akut) pembengkakan pada ambing, panas, keras dan terasa sakit diikuti demam, lemah dan nafsu makan hilang.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">Pencegahan : Kebersihan kandang terutama pada lantai</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">Pengobatan : Antibiotik seperti pennicilin, Terramycin dll.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "; font-size: 10pt;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">b. Antrax</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">Penyebab : Kuman Antrax </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">Gejala : Bengkak pada dada leher dan perut, keluar darah dari lubang hidung, rongga mulut, anus dan kelamin menjelang kehamilan.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">Pencegahan : Vaksinasi Antrax.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "; font-size: 10pt;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">c. Brucellosis</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">Penyebab : Kuman Brucella</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">Gejala : Biasanya terjadi keguguran pada kebuntingan 5 - 8 bulan.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">Pencegahan : Pemeriksaan darah secara berkala, menjaga kebersihan kandang ternak, dan Vaksinasi.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-family: "; font-size: 10pt;"> </span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-family: "; font-size: 10pt;"> </span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">5. Pengelolaan / Manajemen</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">a. Sapi dara : Sapi betina berumur 1 – 2 tahun atau lebih dan belum pernah beranak. Pemeliharaan dan pemberian pakan pada sapi dara sebelum beranak sangat mempengaruhi pertumbuhan.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">b. Sapi Betina Dewasa : Dilakukan exercise (gerak jalan), pemeliharaan kuku, kebersihan badan, dan perlu diperhatikan perkembangan reproduksi seperti masa birahi, masa perkawinan, kebuntingan</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">dan beranak.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">c. Pembuatan catatan meliputi catatan reproduksi dan kesehatan.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-family: "; font-size: 10pt;"> </span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-family: "; font-size: 10pt;"> </span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">6. Pemasaran</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">Pemasaran dapat dilakukan melalui kelompok atau koperasi. Produk yang dipasarkan dapat berupa susu dan hasil olahannya, daging atau kulit.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-family: "; font-size: 10pt;"> </span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-family: "; font-size: 10pt;"> </span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">7. Pasca Panen</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "; font-size: 10pt;">Pasca panen sapi perah antara lain berupa produk caramel, tahu susu, kerupuk susu, abon, dendeng, sosis, tas, sepatu jaket dll.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: "; font-size: 10pt;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </div></div>bloggerhttp://www.blogger.com/profile/18194741463752412428noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7862863119838561151.post-43190038577668512522012-01-28T05:06:00.001-08:002012-01-28T05:06:25.784-08:00Prospek Ternak Sapi Perah<div style="color: blue;">Prospek ternak sapi perah cocok untuk di jadikan <a href="http://usahasuksesmandiri.blogspot.com/">usaha sukses</a> anda, dengan produksi susu setiap hari maka uang pun mengalir tiap hari ke kantong anda. Budidaya sapi perah bisa di buat dalam skala kecil maupun skala besar. Bagi anda yang ingin mencoba <a href="http://usahasuksesmandiri.blogspot.com/2010/07/buka-usaha.html">buka usaha</a> di bidang ini bisa memulai dengan membeli satu atau dua sapi yang siap produksi atau siap di perah susunya.<br />
<br />
Ada juga alternatif lain yaitu dengan menitipkan sapi yang kita beli kepada petani sehingga anda tidak perlu repot untuk pemberian pakan dan pengurusan lainya. Hasil dari penjualan susu di bagi dengan petani biasanya dengan rasio pembagian hasil 50 - 50. Bisnis sapi perah ini telah teruji tidak terkena dampak krisis ekonomi, jadi permintaan pasar akan kebutuhan susu tetap stabil bahkan dalam kondisi tertentu harga susu melambung tinggi yang akan melipat gandakan keuntungan anda. <br />
<br />
</div><br style="color: blue;" /><div class="clear" style="color: blue;"> </div>bloggerhttp://www.blogger.com/profile/18194741463752412428noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7862863119838561151.post-5337640011941136962012-01-28T05:05:00.000-08:002012-01-28T05:05:11.657-08:00Sukses Budidaya Ternak Sapi Perah<div style="color: blue;"> </div><div class="entry" style="color: blue;"> <div style="text-align: justify;"><a href="http://thepatria.files.wordpress.com/2010/10/icon-sapi-perah1.jpg"><img alt="" class="alignleft size-full wp-image-1865" src="http://thepatria.files.wordpress.com/2010/10/icon-sapi-perah1.jpg?w=500" title="Icon Sapi Perah1" /></a> </div><div style="text-align: justify;">Sapi adalah hewan ternak terpenting sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% (45-55%) kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit. Sapi berasal dari famili Bovidae. seperti halnya bison, banteng, kerbau (Bubalus), kerbau Afrika (Syncherus),dan anoa. Domestikasi sapi mulai dilakukan sekitar 400 tahun SM. Sapi iperkirakan berasal dari Asia Tengah, kemudian menyebar ke Eropa, Afrika dan seluruh wilayah Asia. <span id="more-1864"></span></div><div style="text-align: justify;">Menjelang akhir abad ke-19, sapi Ongole dari India dimasukkan ke pulau Sumba dan sejak saat itu pulau tersebut dijadikan tempat pembiakan sapi Ongole murni.Pada tahun 1957 telah dilakukan perbaikan mutu genetik sapi Madura dengan jalan menyilangkannya dengan sapi Red Deen. Persilangan lain yaitu antara sapi lokal (peranakan Ongole) dengan sapi perah Frisian Holstein di Grati guna diperoleh sapi perah jenis baru yang sesuai dengan iklim dan kondisi di Indonesia.Silahkan baca selengkapnya pada 3 ebook Ternak Sapi perah berikut.</div><div style="text-align: justify;">Kami kompulkan dan kompilasi ke paket 3 ebook yaitu:</div><div style="text-align: justify;">1. Ternak sapi perah (PPMEP Bapennas)</div><div style="text-align: justify;">2. Ternak Sapi Perah (sutanmuda.wordpress.com)</div><div style="text-align: justify;">3. MESIN PENCAMPUR PAKAN BASAH SAPI PERAH</div><div style="text-align: justify;">Silahkan download seluruh ebooknya : <strong><a href="http://www.ziddu.com/download/12024575/Budidayaternaksapi.rar.html" target="_blank">Budidaya Sapi Perah</a></strong></div></div>bloggerhttp://www.blogger.com/profile/18194741463752412428noreply@blogger.com0